A. Pengertian
Masa Dewasa
Madya
Pada umumnya masa dewasa madya atau
usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Usia
dewasa madya dibagi menjadi dua yakni usia madya dini yang dari usia 40-50
tahun dan usia madya lanjut dari usia 50-60 tahun.
Masa ini ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental serta masuk masa untuk pensiun.
Usia madya disebut “tahap mengecilnya daur keluarga” dalam
kehidupan berumahtangga, karena perubahan terpenting paad periode tersebut
dibantu dengan berkurangnya jumlah anggota keluarga yang tinggal dirumah.
Usia madya juga disebut periode “sarang kosong”, yaitu suatu
periode dimana perubahan peran secara drastic terjadi baik bagi suami maupun
isteri yang kurang menyebabkan traumatic daripada sebab yang ditimbulkan oleh
kepercayaan yang sudah popular dalam masyarakat tentang periode sarang kosong
yang mengerikan. Bagi wanita dalam masa ini lebih banyak memerlukan penyesuaian
terhadap pola hidup ketimbang pria.
B. Karakteristik
dewasa madya
1.
Usia Madya merupakan periode yang sangat ditakuti
Usia madya merupakan periode yang menakutkan, orang-orang
dewasa tidak akan mengakui bahwa mereka telah mencapai usia tersebut.
Alasan
mereka tidak mau mengakui karena fikiran negative yaitu :
-
Tentang kerusakan mental
-
Penurunan fisik
-
Berhentinya reproduksi Manoupose dan Klimaterik
-
Mereka merasa tidak dihormati lagi
-
Mereka menjadi rindu pada masa muda mereka dan berharap kembali masa muda
mereka.
2.
Usia Madya Merupakan Masa Transisi
Usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmaninya dan perilaku masa dewasanya dan memasuki
suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan
perilaku baru. Transisi berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai dan pola
perilakunya yang baru.
3.
Usia Madya adalah Masa stress
Maksudnya penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola
hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik,
selalu cenderung merusak homeostasis fisik dan psikologis seseorang dan membawa
ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian pokok yang harus dilakukan
di rumah, bisnis dan aspek social kehidupan mereka.
KATEGORI STRES PADA USIA MADYA
|
|
Stres somatik
|
Yang disebabkan oleh keadaan jasmani yang menunjukkan usia
tua
|
Stres budaya
|
Yang berasal dari penempatan nilai yang tinggi pada
kemudaan, keperkasaan dan kesuksesan oleh kelompok budaya tertentu
|
Stres Ekonomi
|
Yang di akibatkan oleh beban keuangan dari mendidik anak
da memberikan status symbol bagi seluruh anggota keluarga.
|
Stres Psikologi
|
Yang mungkin diakibatkan oleh kematian suami atau isteri,
kepergian anak dari rumah, kebosanan terhadap perkawinan, atau rasa hilangnya
masa muda dan mendekati ambang kematian
|
4.
Usia yang
berbahaya
Merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusuhan
fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan,
ataupun kurang memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa dating dengan
cepat dikalangan pria dan wanita, dan gangguan ini berpuncak pada suisid (bunuh
diri), khususnya dikalangan pria.
Hal ini tidak hanya menganggu hubungan suami isteri, yang
kadang-kadang menuju pada perpisahan atau perceraian, tetapi juga lambat laun
membawa pria maupun wanita kepada gangguan jiwa, alkoholisme, pecandu obat dan
suisid.
5.
Usia Madya adalah “Usia Canggung”
Dimana pria dan wanita yang berusia madya bukan “muda” lagi
tapi bukan juga tua. Kemudian mereka merasa tidak dianggap. Orang-orang yang
berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain.
Pada sebagian individu kondisi ini mengakibatkan mereka
ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin berusaha untuk
tidak tampak tua, misalnya dalam hal pemilihan busana, berdandan/ pemakaian
kosmetik dsb. Kadang-kadang apabila individu agak berlebihan di dalam
menampilkan busana dan dandanan yang bertujuan untuk menutupi ketuaannya, maka
hal ini justru menyebabkan mereka tampak janggal, sehingga terlihat
kaku/canggung.
6.
Usia Madya adalah Masa berprestasi
Merupakan masa dimana peran orang yang berusia madya akan
menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan
sesuatu apapun lagi.
7.
Usia Madya Merupakan Masa Evaluasi
Saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka masa
ini juga merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi
mereka semula dengan harapan-harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan
teman. Archer menyatakan : “Pada usia duapuluhan kita mengikat diri pada
pekerjaan atau perkawinan. Selama akhir tiga puluhan dan awal empat puluhan
adalah umum bagi pria untuk melihat kembali keterikatan-keterikatan masa awal
tersebut”.
Sebagai hasil dari evaluasi diri, Archer lebih lanjut lagi
mengatakan, “Usia madya nampaknya menuntut perkembangan perasaan yang lebih
nyata dan berbeda dari orang lain. Dalam perkembangan setiap orang memiliki
fantasia tau ilusi mengenai apa dan bagaimana dirinya. Tanggungjawab lain pada
usia madya menyangkut hal fantasi dan ilusi tersebut”.
8.
Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda
Bahwa masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar
bagi pria dan satu lagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah
kepersamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan,
perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan social, namun masih terdapat
standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak
aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi, ada dua aspek
khusus yang diperhatikan.
Pertama adalah aspek yang berkaitan dengan perubahan
jasmani. Contohnya ketika rambut pria menjadi putih, timbul kerut-kerut dan
keriput di wajah, dan terjadi beberapa bagian otot yang mengendur terutama otot
di sekitar pinggang. Bernagai perubahan yang terjadi biasanya dikenal dengan
nama “pembeda”. Perubahan fisik yang serupa pada wanita dipandang tidak
menarik, dengan penekanan utama “pakaian usia madya”.
Bagian kedua dimana standar ganda dapat terlihat nyata
terdapat pada cara mereka (pria dan wanita) menyatakan sikap terhadap usia tua.
Ada dua pandangan filosofis yang berbeda tentang bagaimana orang harus
menyesuaikan diri dengan usia madya. Pertama, mereka harus tetap merasa muda
serta aktif, kedua mereka harus menua dengan anggun semakin lambat dan semakin
hati-hati, dan menjalani hidup dengan nyaman – inilah pandangan atau filsafat
“rocking-chair.” Pada umumnya wanita, lebih mudah mengambil pandangan filsafat
tersebut daripada pria, walaupun pada kenyataannya ditemui bahwa pandangan
tersebut lebih banyak berlaku pada wanita dari kelas bawah daripada kelas
menengah ke atas.
9.
Usia Madya Merupakan masa sepi
Ketika anak-anak sudah tidak lagi
tinggal dirumah, banyak yang mengalami tekanan bathin karena dipensiunkan. Setelah bertahun-tahun hidup dalam
sebuah rumah yang berpusat pada keluarga (family-centered home), umumnya orang
dewasa menemui kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan rumah yang berpusat
pada pasangan suami isteri. Keadaan ini terjadi selama masa-masa mengasuh anak,
suami dan isteri selalu berkembang terpisah dan mengembangkan minat
masing-masing. Akhirnya, mereka hanya memiliki sedikit persamaan setelah minat
mereka terhadap anak-anak berkurang dan ketika mereka harus saling menyesuaikan
diri dengan sebaik-baiknya.
Terbukti juga bahwa, periode masa sepi pada usia madya lebih
bersifat traumatic bagi wanita daripada bagi pria. Hal ini benar khususnya pada
wanita yang telah menghabiskan masa-masa dewasa mereka dengan pekerjaan rumah
tangga dan bagi mereka yang kurang memiliki minat atau sumber daya untuk
mengisi waktu senggang mereka pada waktu pekerjaan rumah tangga berkurang atau
selesai. Banyak yang mengalami tekanan batin karena dipensiunkan. Kondisi yang
serupa juga dialami pria ketika mereka mengundurkan diri dari pekerjaan.
10. Usia Madya merupakan
Masa jenuh
Merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Para pria dan
wanita menjadi jenuh dengan kegiatan sehari-hari dan dalam kehidupan keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan.
Banyak atau hampir seluruh pria dan wanita mengalami
kejenuhan pada akhir usia tiga puluhan dan empat puluhan. Para pria menjadi
jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang
hanya sedikit memberikan hiburan. Wanita, yang menghabiskan waktunya untuk
memelihara rumah dan membesarkan anak-anaknya, bertanya-tanya apa yang akan
mereka lakukan pada usia dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian. Wanita yang
tidak menikah yang mengabdikan hidupnya untuk bekerja atau karier, menjadi
bosan dengan alasan yang sama dengan pria.
Archer menerangkan tentang kejenuhan yang dialami pria
sebagai berikut : Kejenuhan tidak mendatangkan kebahagian ataupun kepuasan pada
usia manapun. Akibatnya, usia madya seringkali merupakan periode yang tidak
menyenangkan dalam hidup. Dalam studi mengenai kenangan yang menyenangkan dan
tidak menyenangkan sepanjang tahun, pada usia madya khususnya pada umur 40-49
tahun terbukti sebagai masa yang paling sedikit terdapat kebahagian. Hanya pada
tahun-tahun setelah usia 60 tahun, mereka menemukan masa tersebut sebagai masa
yang hamper tidak menyenangkan.
C. Tugas
Perkembangan pada Masa Usia Madya
Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Mencapai
tanggung jawab social dan dewasa sebagai warga Negara.
2) Membantu
anak-anak remaja
belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
3) Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu
senggangang untuk orang dewasa. Aktivitas dan memanfaatkan waktu luang
sebaik-baiknya bersama
orang-orang dewasa lainnya.
4) Menghubungkan
diri sedemikian rupa dengan pasangannya (dengan suami atau istri) sebagai
seorang pribadi yang utuh.
5) Menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada
masa setengah baya.
6) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang
memuaskan dalam karir pekerjaan.
7) Menyesuaikan
diri dengan orang
tua yang semakin tua.
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA USIA MADYA
|
|
Tugas-tugas yang Berkaitan dengan perubahan fisik
|
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan dan
penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada usia
madya.
|
Tugas-tugas yang Berkaitan dengan Minat
|
Orang yang berusia madya sering kali mengasumsikan
tanggungjawab warga Negara dan social, serta mengembangkan minat pada waktu
luang yang berorientasi pada kedewasaan pada tempat kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini
|
Tugas-tugas yang Berkaitan dengan penyesuaian keruan
|
Tugas ini berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan
standar hidup yang relative mapan
|
Tugas-tugas yang berkaitan dengan dengan Kehidupan
Keluarga
|
Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan
orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja untuk menjadi orang
dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
|
D.
Bahaya-bahaya selama perkembangan masa Usia Madya.
a.
Personal dan Sosial bagi Orang Usia Madya
Bahaya social dan pribadi yang paling besar pada usia madya
timbul karena kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang
kehidupan bahwa orang usia madya biasanya gemuk dan mulai botak. Beberapa
bahaya social dan pribadi dianggap penting sehingga orang kesulitan dalam
menyesuaikan diri.
1. Bahaya
Personal
Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam
menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari semua itu, ada enam
macam yang dianggap umum dan serius.
1)
Diterimanya Kepercayaan Tradisional
Diterimanya kepercayaan traditional tentang ciri-ciri usia
madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik
yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami masa
menopause misalnya, sering disebut sebagai “masa kritis” (critical period).
Kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu.
Seperti dikatakan Parker : “Masa tersebut membawa implikasi
yang berbahaya, karena menjadikan wanita merasa bahwa kesehatannya,
kebahagiannya, dan hidupnya merasa hancur dan paling berbahaya. Secara tidak
langsung hal itu mengatakan bahwa situasi menopause bukan saja masa kritis yang
dapat dengan tiba-tiba menghilang, tetapi merupakan periode yang terasa amat
panjang dengan jaminan keselamatan yang sangat minim, dimana setiap saat dapat
jatuh ke jurang kehancuran mental atau penyakit jiwa yang serius”.
2)
Idealisasi Anak Muda
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan
menentang pengelompokkan usia dalam pola perilaku umum. Mereka tidak mau
dibatasi perilaku dan kegiatannya. Sikap memberontak seperti itu berasal dari
pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu
mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang
tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi semacam ini menyebabkan mereka yang berusia
madya menderita biasa atau lebih serius.
Sepeti yang dijelaskan oleh Streincrohn : “Apabila
Anda lebih sering rileks, apabila Anda dengan pelan-pelan meningkat, jangan
percaya bahwa Anda tumbuh menjadi tua secara premature. Malaikat maut tidak
ingin membisikkan derita besar pada Anda dan hindarkan itu jauh-jauh sebelum
Anda mencapai usia tujuhpuluhan dan delapanpuluhan, karena dengan demikian
malaikat maut akan bersabar terhadap orang yang suka rileks dan tidak sabar
pada mereka yang berlebih-lebihan”.
Wanita yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri paling
buruk adalah mereka yang sangat terikat dengan pentingnya factor penampilan
yang keremaja-remajaan dan yang mengagumi keperkasaan. Apabila mereka dipaksa
untuk mengaca diri bahwa mereka tidak menarik seperti dulu lagi, sehingga
mereka tidak lagi dapat menarik perhatian pria, mungkin mereka akan berontak
terhadap statusnya sebagai orang berusia madya.
Ryan menyarankan bahwa perubahan dalam penampilan itu perlu
agar menarik : Beberapa perubahan ini mungkin menjadikan individu lebih
menarik, daripada tidak menarik. Sering bahwa pada perubahan pertama adalah
terhadap warna rambut berubah menjadi abu-abu kemudian memutih. Jelas hal ini
merupakan factor yang positif karena banyak orang yang lebih menarik dengan
rambut putih. Begitu juga individu yang semakin tua, wajahnya menjadi semakin
keriput dan kendor. Sekali lagi ini bukan tanda-tanda kerusakan. Wajah yang
bergaris-garis memberikan ciri wajah yang menyenangkan, lemah lembut dan yang
tidak tertarik kepada kelembutan anak muda.
3)
Perubahan Peran
Untuk dapat menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru,
seseorang harus dapat berbuat seperti yang dikatakan oleh Havighurst :
“menghilangkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu dan
memanfaatkannya pada kesempatan yang lain”.
4)
Perubahan Keinginan dan Minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada
usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya
sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya
tingkat kesehatan fisik. Merka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan
mengembangkan keinginan baru sebagai pengangganti keinginan lama yang biasa
dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan
keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari
perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang
biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan merasa bosan
dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu yang
begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada waktu mereka
harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu
banyak.
5)
Simbol status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada symbol
status, Ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat menentukan
symbol tersebut.
Pertama, dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak
adapt menyediakan cukup uang untuk memperoleh status tersebut.
Kedua, dia akan bersikap boros dan menjerumuskan keluarganya
dengan melakukan utang.
Ketiga, dia bias juga berbuat sesuatu dengan bekerja
misalnya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya.
Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa besar
keinginan seorang untuk memperoleh symbol status. Sikap seperti ini dapat
menimbulkan percekcokan dengan keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi
yang menjadikan banyak pria menjawab dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia
sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh
6)
Aspirasi yang tidak Realistis
Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak
realistis tentang apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius
dalam proses penyesuaian diri dan social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia
tidak bias mencapai tujuan tersebut
2.
Bahaya Sosial
Penyesuaian social dalam usia ini kurang begitu dipengaruhi
oleh kepercayaan tradisional dan stereotype dibadningkan dengan penyesuaian
social. Namun bagaimanapun juga penyesuaian social sedikit banyak dapat
dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional, seperti pepatah yang berkata : “Kamu
tidak dapat mengajarkan pelajaran baru pada anjing tua,“ Atau “Sekali pemimpin
tetap pemimpin” jadi bila seseorang yang pada masa mudanya bukan seorang
pemimpin, maka dimasa tuanya merasa bahwa ia tidak ada harapan untuk berperan
sebagai pemimpin baik dalam lingkungan pekerjaan ataupun lingkungan social.
Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian
social pada masa usia madya. Kondisi ini umumnya dibawa secara bertahap
sejak seseorang masih muda, terutama pada waktu seseorang berusia remaja dan
dewasa muda. Itulah sebabnya menyapa orang pada masa mudanya tidak memiliki
kemampuan penyesuaian social dengan cara yang baik sehingga pada waktu ia
berusia madya hasilnya akan sama saja.
Penyesuaian sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan
bahaya, karena semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug
pada orang lain, terutama orang yang suami atau isterinya telah meninggal,
sedang anak-anaknya sibuk dengan keluarga masing-masing. Orang usia madya yang
tidak dapat mengikuti perkembangan penting untuk memegang tanggung jawab sosial
dan tanggung jawab sebagai warga Negara di masa tuanya hidupnya akan terasa
kesepian dan tidak bahagia sehingga mengakibatkan ia terlambat dalam proses
penyesuian socialnya.
b.
Bahaya Pekerjaan dan Perkawinan pada Usia Madya
1.
Bahaya Pekerjaan
Jenis dan macam bahaya yang timbul dalam proses penyesuaian
terhadap pekerjaan pada usia madya, dimana beberapa dari bahaya tersebut
merupakan cirri dari periode tersebut dan ada delapan bahaya yang dianggap umum
dan serius.
a)
Pertama Kegagalan dalam Mencapai Cita-cita Awal
Kegagalan dalam mencapai cita-cita hidup yang sejak awal
telah diimpikan oleh orang berusia madya mengakibatkan menurunnya sikap egonya
karena ia tahu bahwa usia madya merupakan saat pencapaian puncak prestasi dan
oleh sebab itu, ia tampaknya tidak berminat lagi untuk meraih cita-citanya di
saat usia sudah cukup lanjut. Reaksinya terhadap kegagalan dalam mencapai
cita-citanya mempengaruhi sikap mereka terhadap dirinya sendiri, terhadap
penyesuaian social, dan terhadap pribadinya pada saat kegagalan tersebut
terjadi dan pada waktu ia mencapai usia lanjut. Bishop menyimpulkan bahwa :
Usia madya adalah “Periode usia kebenaran.” Impian dan
keinginan dapat membawa pria berhasil berprestasi pada usia duapuluhan,
tigapuluhan, dan usia empatpuluhan. Pada waktu seorang pria mencapai usia
limapuluhan, maka daya pikirnya telah mantap, apabila ia seseorang yang
bijaksana dalam memandang kenyataan hidup. Ia harus belajar bekerjasama dengan
berbagai masalah, kejadian dan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan an harus
diatasi. Apa pun bentuk kenyataan itu, ia ada dalam usia yang relative muda
yang memungkinkan untuk memperoleh kepercayaan, untuk merencanakan, atau
berkhayal tentang sesuatu yang tidak realistis dengan kemajuan yang sedang
dituntut oleh jabatannya. Banyak pria yang pada waktu menghadapi saat-saat
kebenaran seperti ini kemudian mencari obat sebagai pelipur lara dengan
melakukan kegiatan kompensasi atau kegiatan yang rasional atau keduanya.
b)
Mandirinya Kreativitas
Kebanyakan para pekerja pada usia madya menampilkan gejala
kreativitas kerjanya mundur. Hal ini mengakibatkan orang merasa kkurang dengan
prestasi yang diperolehnya dan menyatakan bahwa kreativitasnya sudah tidak
sehebat yang pernah dicapai dulu
c)
Kebosanan
Perasaan bosan selama masa dewasa dini juga merupakan bahaya
dalam bekerja, karena hal itu akan mempengaruhi pekerja usia madya melebihi
kebosanan pekerja yang lebih muda, karena kesempatan mereka untuk mencari
pekerjaan yang lebih menarik semakin lama semakin kecil kemungkinan. Perasaan
bosan umumnya menjangkiti pekerja industry yang menghadapi kenyataan bahwa
otomatisasi peralatan pabrik secara meningkat, menggantikan pekerjaan setiap
individu pekerja.
Packard mengungkapkan : Gerakan tangan yang diulang-ulang
yang dilakukan selama berjam-jam, dirasakan sangat membosankan. Bapaknya
menyebutnya miskin, tetapi tukang kayu sangat bangga dengan tong yang
dibuatnya. Di sini ada mesin yang tahu segalanya, yang dapat dipakai untuk
alasan untuk berbangga. Mungkin aturan yang berlaku bagi pekerja yang
menggunakan mesin juga melarang mereka untuk berbicara dengan sesame
pekerja dalam tugas, atau melarang pekerja untuk mencari minum, kecuali pada
jam istirahat.
d) Keagungan
Kecenderungan menjadi agung (“bigness”) dalam bidang usaha,
industry dan pekerjaan professional lainnya juga merupakan bahaya pekerjaan
bagi para pekerja yang berusia madya dewasa ini, karena kebiasaan bekerja dalam
situasi yang ramah, situasi kerjanya tidak formal, di mana ia tahu setiap teman
sejawatnya, kapan waktu untuk istirahat dan kesempatan santai lainnya, kapan
waktu untuk mengobrol dengan kawan, bekerja dalam kelompok besar, merupakan
ciri-ciri suasana bebas dari lingkungan kerja.
Para pekerja yang professional juga merasa bahwa dalam
satuan organisasi yang sangat besar dan rumit, sehingga interaksi yang penuh
persahabatan dan ramah yang dulu bisa mereka nikmati, sekarang merupakan
kenangan belaka.
e)
Perasaan Terperangkap
Banyak pekerja usia madya yang merasa “terperangka” dalam
pekerjaan sebagai sisa hidupnya, dan merasa tidak akan dapat untuk membebaskan
diri sendiri sampai ia mencapai usia pension.
Sebagian besar pekerja usia madya bagaimanapun juga merasa
bahwa mereka harus tetap bekerja pada pekerjaan yang itu saja bahkan pada
pekerjaan yang tidak disukainya karena mereka merasa terlambat untuk bebuat
seperti pekerja yang lebih muda, karena mereka sekarang sudah terikat oleh
tanggung jawab terhadap keluarga, yang secara tersamar membatasi mereka untuk
mencari pengetahuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang tugas. Seorang
pria usia madya yang terperangkap dengan cara ini kemudian diwawancarai tentang
sikapnya terhadap tugas mengatakan :
Betul saya terperangkap. Mengapa saya harus demikian? Dua
puluh lima tahun yang lalu anak usia 18 tahun yang tolol dari suatu perguruan
tinggi mengubah pikirannya, yaitu bercita-cita ingin jadi dokter gigi. Karena
sikap itu, saya menjadi dokter gigi. Tetapi saya sekarang merasa tertahan,
yang saya ingin ketahui adalah; siapa yang mengatakan bahwa anak dapat
memutuskan tentang apa yang dapat saya kerjakan dari sisa hidup saya?
f)
Pengangguran
Masalah pengangguran selalu menjadi masalah yang sangat
serius terlebih lagi dalam situasi resesi ekonomi daripada pada masa tidak
resesi. Orang dewasa muda yang dipecat, atau yang berhenti dari pekerjaannya
biasanya dapat memperoleh pekerjaan baru dalam tempo yang relative singkat.
Tetapi bagaimanapun juga memperoleh pekerjaan menjadi makin sulit karena makin
bertambahnya tahun yang dilewatinya, sehingga periode menganggur dialami dalam
waktu yang relative bertambah lama.
Empat kelompok pekerja usia madya yang sulit mencari
pekerjaan adalah mereka yang IQ-nya rendah, wanita, pria dari kelompok minoritas
dan pekerja pelaksana atau mereka yang bekerja paad tingkat kelompok manajemen
menengah.
Menganggur merupakan bahaya mental yang paling serius bagi
setiap pekerja, tanpa pandang usia, jenis kelamin, suku dan status serta
golongan. Orang yang sudah menganggur dalam waktu yang lama perasaannya sering
berkembang kea rah yang tidak menentu dan merasa tidak diperlukan, yang
mengakibatkan sikapnya sangat pasif (extreme passivity) atau sangat agresif
(overaggresiveness). Kedua sikap ini sangat tidak menguntungkan dalam mencari
pekerjaan di masa yang akan datang.
g)
Sikap Tidak Menyenangkan Terhadap Pekerjaan
Sikap tidak menyenangkan terhadap pekerjaan dapat
menimbulkan efek yang merusak pada prestasi kerja dan penyesuaian pribadi para
pekerja berusia madya.
h)
Mobilitas Geogfrafis
Beberapa pekerja dihadapkan dengan kaharusan untuk pindah ke
masyarakat lain yang jaraknya sering puluhan kilometer, jauh dari rumah dimana
ia sekarang tinggal, untuk bekerja pada pekerjaan yang sama atau mencari pekerjaan
baru agar ia tidak menganggur.
Kebanyakan orang yang berusia madya tidak senang untuk
dipindahkan, khususnya apabila orang masih mempunyai anak usia belasan yang
masih sekolah, atau karena isterinya juga bekerja atau aktif dalam organisasi
atau kegiatan masyarakat.
2.
Bahaya Perkawinan
Bahaya perkawinan sering lebih serius dibandingkan dengan
pada masa dewasa dini, karena kesempatan untuk membangun penyesuaian yang baik
berjalan lambat daripada berjalannya waktu dan pada waktu anak-anak meninggalkan
rumah, motivasi orang dewasa untuk menjaga situasi keluarga yang bahagia
menurun.
a)
Kebosanan
Wanita yang membaktikan seluruh masa hidup dewasanya untuk
mengurusi rumah tangga menjadi bosan pada usia madya, pada ibu yang berperan
sebagai ibu rumah tangga. Banyak wanita usia madya dewasa ini melihat bahwa ada
kesempatan untuk maju dalam dunia kerja, kemudian memutuskan untuk belajar
ketrampilan baru, atau berusaha memperbaiki ketrampilannya yang mulai memudar
dengan cara masuk kursus atau kuliah lagi. Bagi kelompok wanita lain yang tidak
mempunyai cukup uang untuk itu, atau yang kurang memperoleh dukungan dan
dorongan dari suaminya, hanya bias bertahan dalam kebosanannya, sehingga proses
penyesuaian diri, pernikahan dan social yang dilakukan sangat jelek.
b)
Oposisi terhadap Perkawinan Anak.
Masalah yang serius kadang-kadang atau timbul pada waktu
seorang anak usia remaja atau anak yang sudah dewasa menikah dengan seseorang,
sedang orang tuanya tidak setuju. Apabila mereka menantang perkawinannya, hal
ini akan menjadi penghalang dalam menyesuaikan diri dengan cara yang memuaskan,
pada saat berangkat meninggalkan rumah. Tantangan semacam ini biasanya menjadi
penghalang antara pihak orang tua dengan pihak anak, yang mengakibatkan
hubungan dan pertemuan antara anak dengan orang tua menjadi jarang. Begitu juga
hubungan dengan cucu dan anak besan menjadi tegang dan tidak
menyenangkan.
c)
Ketidakmampuan Membangun Hubungan Yang Memuaskan dengan Pasangan Sebagai
Pribadi.
Salah satu tugas penting yang perlu dikembangkan pada usia
madya adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Hal ini khususnya sulit bagi wanita karena masalah yang dihadapinya dalam
melakukan penyesuaian yang memuaskan terhadap peran baru yang harus ia mainkan
sekarang yakni bahwa anak-anak telah meninggalkan rumah. Bahaya penyesuaian ini
juga dialami oleh pria.
Banyak pria dan wanita dapat melakukan penyesuaian
perkawinan ini dengan berhasil dan bahkan lebih bahagia dalam perkawinannya
daripada yang dialaminya selama masih merawat anak-anak, tetapi bagi orang lain
hal ini merupakan transisi yang membahayakan. Sikap yang paling penting bagi
suami dan isteri yang menentang penciptaan hubungan baik. Sebagian besar sikap
yang tidak menyenangkan ini sudah berkembang selama bertahun-tahun, sehingga
pada usia madya sikap tersebut sudah berakar begitu kuat sehingga sangat sulit
dihilangkan.
d)
Penyesuian Seksual
Kegagalan untuk mencapai hubungan yang baik dengan pasangan
mempunyai efek balik dalam penyesuaian seksual selama masa usia madya. Faktor
tersebut membahayakan penyesuaian perkawinan dan sangat menambah kekecewaan
terhadap perkawinan selama periode tersebut.
Wanita yang kecewa dengan perkawinannya, mungkin mencoba
mencari kompensasi dengan melakukan pemusatan segala daya upaya dan waktu untuk
membantu anak-anaknya yang sudah dewasa, aktif dalam kegiatan masyarakat atau
dengan melakukan hubungan seksual di uar nikah dengan seseorang yang dirasa
lebih menghargainya daripada suaminya.
Pria usia madya yang kehidupan seksualnya tidak memuaskan
akan melakukan hubungan seksual di luar nikah atau ia merasa bersalah karena ia
telah gagal memberikan kepuasan seksual kepada isterinya.
SIKAP YANG MENENTANG PEMANTAPAN HUBUNGAN YANG BAIK DENGAN
PASANGAN
|
||
No
|
Sikap suami
|
Sikap isteri
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Tidak puas dengan penyesuaian dalam hubungan seksual
Jikalau suami berhasil dalam karier. Ia merasa bahwa
isterinya tidak mendukung keberhasilannya
Apabila ia tidak berhasil dalam karier. Ia merasa bahwa
isterinya tidak membantu dalam mengembangkan karier suaminya, bahkan dianggap
menghalanginya.
Perasaan bahwa ia dan isterinya mempunyai perbedaan sikap
dan kesenangan yang besar, karena isterinya sering menolak untuk tertarik
pada sesuatu yang dianggap penting baginya
Sikap mengkritik terhadap cara pengelolaan rumah dan
keuangan oleh isterinya dan suatu kepercayaan bahwa metode latihan bagi
anaknya telah dilakukan dengan cara yang serba membolehkan atau sangat
longgar.
Tidak puas terhadap penampilan isteri
Perasaannya bahwa isterinya mendominasi dirinya dan
memperlakukannya seperti anak kecil
|
Tidak puas dengan penyesuaian seksual
Kehilangan ilusinasi dengan suaminya karena ia tidak
berhasil dalam karier
Merasa dijadikan budak dirumah atau oleh saudaranya yang
lebih tua.
Dugaan bahwa suami kikir dalam membelanjakan uang untuk
pakaian dan rekreasi
Keyakinan bahwa suaminya tidak menghargai waktu dan usaha
yang telah dilakukannya untuk tugas-tugas rumah tangga.
Perasaan bahwa suaminya lebih tertarik pada karier
daripada dirinya
Perasaan bahwa suaminya menggunakan terlalu banyak waktu
dan uang untuk saudara-saudaranya
Perasaan curiga bahwa suaminya terlibat dengan perempuan
lain dalam hubungan cinta.
|
e)
Merawat Orang Tua Usia Lanjut
Merawat orang tua usia lanjut dirumah sendiri merupakan
bahaya yang serius bagi kebanyakan pasangan usia madya, karena tugas tersebut
menganggu penyesuaian mereka satu sama lain setelah anak-anak mulai
meninggalkan rumah. Akibatnya penyesuaian seksual akan terpengaruh.
Untuk mempersulit situasi tersebut adalah bahwa relasi orang
tua tersebut biasanya adalah ibu, dari salah satu pasangan. Apabila dia tidak
mau mengubah perannya dari kepala rumah tangga dan sekarang menjadi seseorang
yang bergantung, mungkin dia akan mencoba untuk mendominasi situasi sebagaimana
biasa dilakukannya di rumahnya sendiri. Sikap seperti ini menimbulkan
ketegangan dengan seluruh anggota keluarga dan situasi rumah biasanya diwarnai
oleh ketegangan yang berlanjut.
f)
Hilangnya Pasangan
Hilangnya pasangan karena kematian atau perceraian selama
usia madya merupakan bahaya terhadap penyesuaian social dari pribadi yang baik,
karena banyaknya masalah. Karena itu, perceraian atau ancaman perceraian adalah
salah satu dari seluruh bahaya perkawinan yang paling serius pada usia madya.
Karena perceraian pada usia madya merupakan oprasi besar, bagi suami maupun
isteri, maka mereka tidak buru-buru menerobos untuk mengatakan dan meminta
cerai tanpa pikir panjang lebar, seperti yang banyak dilakukan pasangan muda.
Bagaimanapun juga, ada bukti bahwa perceraian pada usia madya berasal dari
kondisi keluarga yang semakin memburuk yang sudah berlangsung selama
bertahun-tahun yang akhirnya tidak dapat dipertahankan lagi.
Dame dan kawan-kawan, menjelaskan : “Salah satu factor yang
menyebabkan runtuhnya hidup keluarga adalah “rasa dendam” yang sudah membara
dalam diri kedua belah pihak selama bertahun-tahun. Suami sering dilontari
dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab tentang aktivitas seksual
yang dilakukannya baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Wanita menyimpan
dendam karena dia disakiti selama mengandung dan karena sikap suaminya
terhadapnya pada waktu itu. Titik balik yang sesungguhnya bagi wanita
bergantung pada banyak factor. Misalnya, dia ingin bebas dari merawat anak-anak
hanya pada batas-batas tertentu saja, diakhirinya pembagian pekerjaan (seperti
membangun dan mengisi rumah dengan perabotan) dan perasaan bahwa hidup itu
perpapasan oleh atau dorongan dari wanita lain.
g)
Kawin-lagi
Kawin lagi pada usia madya nampaknya menjadi berbahaya,
khususnya apabila karena perceraian. Selama masalah keuangan merupakan penyakit
bagi orang dewasa yang lebih muda, yang kawin lagi setelah cerai, masalah
penyesuaian terhadap masing-masing dan terhadap pola hidup baru merupakan
gangguan yang lebih menonjol bagi keberhasilan pernikahan pada usia madya. Hal
ini selalu sulit bagi usia madya untuk mengubah peran dan mengikuti pola hidup
yang baru.
apakah ada sumbernya mas?
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapushttp://Http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2FVivi.wordpress.com
Sangat bermanfaat
BalasHapushttp://Http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2FVivi.wordpress.com
Ciri-ciri sikap keberagaman dewasa madya nggak ada ya
BalasHapusPengembangan agamanya ngg ada ya???
BalasHapus