Halaman


Kamis, 21 Februari 2013

RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA


Pendidikan merupakan persoalan penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran yang diusahakan dengan sengaja untuk mengembangkan kepribadian dan segenap potensi siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai sikap. Hasil belajar dapat dikatakan membekas atau konstan, jika perubahan yang terjadi akibat proses belajar tahan lama dan tidak mudah terhapus begitu saja.
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa
Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadangkadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat pun kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bias berkosentrasi dalam belajar. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupannya sehari-hari di dalam aktivitas belajar mengajar.
Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan perbedaan dalam prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut.
Muhibbin Syah (2006: 144) bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh setidaknya tiga factor, yaitu:
1.        Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.        Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.        faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan  pembelajaran  materi-materi pelajaran.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1.        Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari:
a.    Faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh
b.    Faktor psikologis yang meliputi tingkat inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan
c.    Faktor kelelahan.
Anak didik selain sebagai obyek, juga merupakan sebagai subyek dalam proses pendidikan Oleh karena itu rendahnya prestasi belajar yang dicapai dapat pula disebabkan oleh faktor anak tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa anak masing-masing memiliki perbedaan indvidual, baik dalam bidang kemampuan, kematangan, maupun tempo/irama perkembangannya. Kondisi semacam itu menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menerima informasi dari luar, termasuk informasi dari guru dalam pembelajarn di kelas.
2.        Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari:
a.     Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b.    Faktor dari lingkungan sekolah yaitu metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c.     Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Pendidikan pada prinsipnya merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ketentuan semacam ini sesungguhnya secara eksplisit telah termaktub dalam GBHN maupun UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun demikian kenyataan yang sering kita jumpai dilapangan justru sangat berbeda. Dalam kaitan ini para orang tua atau pihak keluarga umumnya mempercayakan pendidikan anak-anaknya secara totalitas pada pihak sekolah. Masing-masing memiliki argumentasi yang cukup logis dan realitas. Misalnya mereka merasa sudah memberikan imbalan yang cukup, karena sibuk, dan sebagainya.
Apapun alasannya, hal ini jelas tidak dapat dibenarkan, mengingat keberadaan anak itu sendiri justru lebih banyak di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan sosialnya, selain waktunya relatif singkat, seorang guru harus menangani sekitar 20 – 30 orang anak. Dengan demikian jika dikalkulasikan secara matematis, maka masing-masing anak hanya akan mendapat porsi waktu beberapa menit saja dari guru yang bersangkutan.
3.      Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan  pembelajaran  materi-materi pelajaran.
Guru pada prinsipnya memiliki peranan yang sangat penting dan sangat strategis dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan seperti yang telah digariskan. Bahkan ada sebagian anggota masyarakat beranggapan bahwa guru atau tenaga kependidikan merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan program pendidikan. Kiranya ini dapat dimaklumi mengingat peran guru selain mengajar, membimbing, melatih juga mendidik.
Sehubungan dengan itu jika para guru memiliki keterbatasan baik dibidang ilmu pengetahuan, pengalaman maupun keterampilan, maka apa yang dapat diharapkan dari guru tersebut. Lebih-lebih jika guru yang bersangkutan tidak memiliki komitmen terhadap tugas yang disandangnya, maka akibatnya akan lebih fatal. Karena tanpa adanya komitmen terhadap tugas, sangat mustahil jika mereka memiliki keinginan untuk mengasah diri, baik dalam hal ini penguasaan kurikulum, materi untuk setiap mata pelajaran, penggunaan metode pembelajaran, pemelihan dan penentuan alat peraga yang tepat, juga dalam hal pengunaan alat evaluasi. Sehingga KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang dilaksanakan tidak akan mengalami peningkatan ditinjau dari sisi kualitas, bahkan cenderung akan menurun.


DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar