Pendidikan
merupakan persoalan penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini sekolah
sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran yang
diusahakan dengan sengaja untuk mengembangkan kepribadian dan segenap potensi
siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari
interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai sikap. Hasil belajar dapat dikatakan
membekas atau konstan, jika perubahan yang terjadi akibat proses belajar tahan
lama dan tidak mudah terhapus begitu saja.
Dengan
keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di
dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science
Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari
44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara
dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa
Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam
hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme
(UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara
serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development
Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi
ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja,
posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam
skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA
(Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di
Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada
peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong),
74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak
Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata
mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan
penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa
menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International
Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan
bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada
pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan
tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia
pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati
peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Siswa
Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung
wajar, kadangkadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam
hal semangat pun kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bias
berkosentrasi dalam belajar. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada
setiap siswa dalam kehidupannya sehari-hari di dalam aktivitas belajar
mengajar.
Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan
individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan
siswa, sehingga menyebabkan perbedaan dalam prestasi belajar. Prestasi belajar
merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor
yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung
pada faktor-faktor tersebut.
Muhibbin Syah (2006: 144) bahwa
prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh setidaknya tiga factor, yaitu:
1.
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni
keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2.
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa),
yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.
faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.
Dari beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1.
Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari:
a. Faktor jasmaniah yang meliputi
kesehatan dan cacat tubuh
b. Faktor psikologis yang meliputi
tingkat inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan
c. Faktor kelelahan.
Anak
didik selain sebagai obyek, juga merupakan sebagai subyek dalam proses
pendidikan Oleh karena itu rendahnya prestasi belajar yang dicapai dapat pula
disebabkan oleh faktor anak tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa anak
masing-masing memiliki perbedaan indvidual, baik dalam bidang kemampuan,
kematangan, maupun tempo/irama perkembangannya. Kondisi semacam itu menyebabkan
terjadinya perbedaan dalam menerima informasi dari luar, termasuk informasi
dari guru dalam pembelajarn di kelas.
2.
Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar
individu. Faktor ekstern terdiri dari:
a. Faktor keluarga yaitu cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor dari lingkungan sekolah yaitu
metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat yaitu kegiatan
siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Pendidikan pada
prinsipnya merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan
pemerintah. Ketentuan semacam ini sesungguhnya secara eksplisit telah termaktub
dalam GBHN maupun UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun demikian
kenyataan yang sering kita jumpai dilapangan justru sangat berbeda. Dalam
kaitan ini para orang tua atau pihak keluarga umumnya mempercayakan pendidikan
anak-anaknya secara totalitas pada pihak sekolah. Masing-masing memiliki argumentasi
yang cukup logis dan realitas. Misalnya mereka merasa sudah memberikan imbalan
yang cukup, karena sibuk, dan sebagainya.
Apapun
alasannya, hal ini jelas tidak dapat dibenarkan, mengingat keberadaan anak itu
sendiri justru lebih banyak di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan
sosialnya, selain waktunya relatif singkat, seorang guru harus menangani
sekitar 20 – 30 orang anak. Dengan demikian jika dikalkulasikan secara
matematis, maka masing-masing anak hanya akan mendapat porsi waktu beberapa menit
saja dari guru yang bersangkutan.
3.
Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Guru
pada prinsipnya memiliki peranan yang sangat penting dan sangat strategis dalam
upaya pencapaian tujuan pendidikan seperti yang telah digariskan. Bahkan ada
sebagian anggota masyarakat beranggapan bahwa guru atau tenaga kependidikan
merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan program pendidikan. Kiranya ini
dapat dimaklumi mengingat peran guru selain mengajar, membimbing, melatih juga
mendidik.
Sehubungan
dengan itu jika para guru memiliki keterbatasan baik dibidang ilmu pengetahuan,
pengalaman maupun keterampilan, maka apa yang dapat diharapkan dari guru
tersebut. Lebih-lebih jika guru yang bersangkutan tidak memiliki komitmen
terhadap tugas yang disandangnya, maka akibatnya akan lebih fatal. Karena tanpa
adanya komitmen terhadap tugas, sangat mustahil jika mereka memiliki keinginan
untuk mengasah diri, baik dalam hal ini penguasaan kurikulum, materi untuk
setiap mata pelajaran, penggunaan metode pembelajaran, pemelihan dan penentuan
alat peraga yang tepat, juga dalam hal pengunaan alat evaluasi. Sehingga KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar) yang dilaksanakan tidak akan mengalami peningkatan ditinjau
dari sisi kualitas, bahkan cenderung akan menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar