Ada tiga kategori hubungan variabel, yakni hubungan
simetris, hubungan tidak simetris, dan hubungan timbal balik.
1.1
Hubungan
Simetris
Hubungan
Simetris adalah hubungan manakala variabel yang satu tidak disebabkan oleh
variabel lainnya. Hubungan variabel yang tidak simetris mempunyai ciri- ciri
sebagai berikut:
- Kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama Misalnya : Kualifikasi guru yang baik adalah tingkat pendidikan dan pengalaman mengajarnnya. Variabel tingkat pendidikan dan variabel pengalaman mengajar merupakan hubungan simetris, sebab kedua variabel tidak saling mempengaruhi. Tingkat pendidikan tidak dipengaruhi oleh tingkat mengajar, demikian pula sebaliknya.
- Variabel merupakan akibat dari faktor yang sama Misalnya : Tes seleksi masuk universitas yang ketat menyebabkan banyak calon yang jatuh, tetapi juga dapat meningkatkan prestasi mahasiswa. Hubungan tersebut adalah simetris, karena tidak ada hubungan antara calon mahasiswa yang jatuh dengan kenaikan prestasi mahasiswa.
- Kedua variabel memiliki ikatan fungsional Misalnya : Kekuasaan mengalami kaitan fungsi dengan tugas dan tanggung jawab. Akan tetapi tidak berarti kekuasaan dipengaruhi oleh tugas dan tanggung jawab. Atau sebaliknya, tugas dan tanggung jawab ditentukan dan dipengaruhi kekuasaan.
- Hubungan kebetulan Misalnya : Anak pandai tidak lulus, tetapi anak bodoh
lulus dengan baik. Jadi, tidak ada hubungan antara
bodoh dengan kelulusan, dan pandai dengan kegagalan. Hubungan simetris dengan empat
ciri di atas jarang digunakan dalam penelitian ilmu sosial, termasuk penelitian
pendidikan.
1.2
Hubungan
Tak Simetris
Hubungan tak simetris ditandai dengan adanya hubungan
atau kaitan antar variabel yang satu dengan yang lainnya. Hubungan tersebut
bisa hubungan pengaruh, sumbangan, atau kontribusi, ataupun hubungan sebab
akibat. Oleh karena itu hubungan tak simetris merupakan inti dari penelitian
ilmu sosial, termasuk penelitian pendidikan. Hubungan yang terjadi biasanya
dalam bentuk hubungan positif dan fungsional.
Hubungan positif biasanya terdapat hubungan yang searah.
Misalnya, makin tinggi tingkat pendidikan guru, maka makin tinggi kualitas
pengajaran. Demikian pula makin rendah kompetensi guru, makin rendah hasil
belajar siswa. Akan tetapi makin tinggi kompetensi guru makin rendah hasil
belajar. Maka hubungan tersebut adalah negatif atau berbanding terbalik.
Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan fungsional adalah
kedua variabel (variabel bebas dan variabel terikat) menunjukkan adanya kaitan
fungsi. Misalnya, adanya pengaruh, adanya sunbangan atau kontribusi, atau
menjadi penyebab variabel lainnya. Secara statistik sumbangan ataupun pengaruh
dapat dihitung besarnya. Ada beberapa ciri dari hubungan tidak simetris, antara
lain sebagai berikut:
- Hubungan stimulus-respon Stimulus bersal dari luar individu, sedangkan respons adalah reaksi atau jawaban dari individu. Hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk pengaruh dan efek dari variabel pengaruh atau variabel bebas terhadap variabel terikat atau terpengaruh / respons. Misalnya : Pengaruh metode belajar terhadap hasil belajar, pengaruh bimbingan kelompok terhadap kesanggupan menyesuaikan diri, pengaruh kepemimpinan demokratis terhadap kepuasan kerja. Penelitian dapat menggunakan metode eksperimen atau metode ex post de facto.
- Hubungan disposisi-responsApabila stimulus datan dari luar, disposisis sudah berada dalam diri individu itu sendiri, yakni berupa kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu pada situasi tertentu. Contoh disposisi antara lain sikap, kebiasaan, dorongan, kepercayaan, nilai. Sedangkan respons ditunjukkan dalam bentuk perilaku individu. Misalnya : Hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan berbahasa, hubungan antar sikap antara profesi keguruan dengan kemampuan mengajar, hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar yang dicapainya. Hubungan ini banyak digunakan dalam penelitian pendidikan.
- Hubungan karakteristik individu Yang dimaksud dengan karakteristik di sini adalah sifat atau sikap yang relatif menetap dalam individu, misalnya jenis kalamin, tingkat pendidikan, agama, usia, pengalaman kerja, keahlian atau jurusan. Contohnya adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan keahlian guru dalam hubungannya dengan sikap terhadap profesi keguruan. Jenis hubungan karakteristik individu dengan perilaku dapat pula dikombinasikan dengan ciri hubungan pertama dengan ciri hubungan kedua. Caranya ialah dengan memasukkan karakteristik individu sebagai variabel kontrol. Misalnya : Pengaruh kompetisi guru terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
- Hubungan antara cara dengan tujuan Misalnya : Hubungan antara lamanya belajar dengan hasil belajar yang dicapainya, hubungan antara banyaknya pekerjaan rumah dengan prestasi belajar di sekolah. Penelitian di bidang ilmu sosial dan pendidikan pada umumnya menggunakan hubungan tak simetris, seperti disposisi-respons, karakteristik individu dengan perilaku, stimulus-respons, dan dalam hal tertentu hubungan antara tujuan dengan cara.
1.3
Hubungan
Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan yang ada pada suatu
saat variabel yang satu menjadi penyebab variabel yang lain, dan pada saat lain
terjadi sebaliknya. Jadi pada suatu saat variabel X mempengaruhi variabel Y,
dan pada saat yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X.
Misalnya : Siswa yang biasanya belajar teratur ternyata
berprestasi tinggi. Pada suatu saat tiba giliran bahwa suatu siswa yang
berprestasi tinggi menyebabkan belajar teratur.
Di antara ketiga pola hubungan antar variabel di atas,
yauti hubungan simetris, hubungan tak simetris, dan hubungan timbal balik, hubungan
yang paling banyak digunaka dalam penelitian ilmu sosial dan pendidikan adalah
pola hubungan tak simetris dan hubungan timbal balik.
Hubungan simetris bisa terdiri dari dua variabel, dan
bisa juga lebih dari dua variabel. Hubungan dua variabel ada yang bersifat bivariat dan ada yang bersifat multivariat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar