KELAS
: III.A
SUSILO ADI P A510110015
KULTUR JARINGAN TANAMAN HIAS
Kultur jaringan dapat diartikan sebagai usaha mengisolasi,
menumbuhkan, memperbanyak dan meregenerasikan protoplast atau bagian hidup dari
sel, sel utuh/agregat sel atau bagian tanaman seperti tunas, meristem, daun
muda, batang muda, ujung akar, kepala sari dan bakal buah di dalam suatu media
buatan secara aseptik yang terendah untuk tujuan tertentu. Teknik kultur
jaringan ini berkembang dengan landasan teori sel yang menerangkan bahwa setiap
sel tanaman merupakan unit bebas yang mampu membentuk organisme baru yang
sempurna atau sel-sel tanaman yang mempunyai sifat totipotensi (Parera 1997).
Perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan dilaksanakan di
dalam suatu laboratorium yang aseptik dengan peralatan seperti pada
laboratorium Mikrobiologi. Kita juga dapat memakai peralatan sederhana seperti
almari penabur buatan sendiri ataupun dengan peralatan laboratorium kultur
jaringan khusus yang lebih canggih seperti laminar air flow cabinet (Daisy
1994).
Teknik kultur jaringan dilakukan dengan menanam irisan jaringan
tanaman yang disebut eksplan secara aseptik pada medium padat atau cair yang
cocok dan dalam keadaan steril. Sel pada permukaan irisan akan megalami
proliferasi dan membentuk kalus. Jika kalus dipindahkan ke dalam medium
diferensiasi yang cocok, akan terbentuk jaringan yang kecil dan lengkap yang disebut
dengan planlet. Dari irisan jaringan tanaman yang kecil akan diperoleh planlet
dalam jumlah besar (Daisy 1994).
Efektivitas penggunaan teknik kultur jaringan dalam melakukan
eksploitasi keragaman somaklonal dan seleksi in vitro tergantung dari tersedianya
metode baku yang efesien untuk menginduksi terbentuknya kalus serta dapat
meregenerasikannya menjadi tanaman lengkap (planlet). Kalus adalah suatu
jaringan yang bersifat meristematis akibat timbulnya luka dan merupakan salah
satu wujud dari dediferensiasi (Suryowinoto 1996). Regenerasi tunas dari
eksplan kalus merupakan proses yang kompleks, karena dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya faktor genotipe, tipe eksplan dan keseimbangan zat pengatur
tumbuh. Kinetin yang berimbang dengan auksin dapat menyebabkan pertumbuhan
kalus (Fitrianti 2006).
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi induksi kalus dan
regenerasi tanaman yaitu pemilihan jenis eksplan, genotipe dan suplemen media
yang digunakan, tipe dan kuantitas zat pengatur tumbuh. Komposisi auksin dan
sitokinin dalam media kultur in vitro memainkan peranan penting dalam induksi
dan regenerasi kalus menjadi tunas (Abidin 1985).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan kultur
jaringan yaitu
1.
bahan sterilisasinya
2.
kandungan unsur kimia dalam
media
3.
hormon yang digunakan
4.
substansi organik yang
ditambahkan dan terang atau gelapnya saat inkubasi.
5.
komposisi media tumbuh
Teknik aseptik merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam kutur
jaringan. Keaseptikan harus dijaga dalam proses pengkulturan, selain itu juga
termasuk sterilisasi bahan tanaman (eksplan). Pada tahap ini dilakukan berbagai
perlakuan untuk membersihkan kotoran yang ada di permukaan bahan tanaman
(disinfestasi) (Prawitasari 2005). Selain itu, zat pengatur tumbuh adalah senyawa
organik bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan
dapat merubah proses fisiologi tanaman.
Ada berbagai macam tanaman yang dapat
dikembangkan dengan cara kultur jaringan. Salah satunya adalah tanaman hias,
disini kami mengambil contoh bunga krisan.
Klasifikasi Tanaman Krisan
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiosperms
Order :
Asterales
Family :
Asteraceae
Tribe :
Anthemideae
Genus :
Chrysanthemum
Type spesies :
Chrysanthemum indicum L
Spesies :
Chrysanthemum
morifolium
ramat
(W ijayakusuma, 2000)
Morfologi Tanaman Krisan
Tanaman krisan
merupakan tanaman semusim (anual) yang berkisar 9-12 hari tergantun varietas
dan lingkungan tempat menanamnya. Tanaman krisan dapat dipertahankan hingga
beberapa tahun bila dikehendaki, tetapi bunga yang dihasilkan biasanya jauh
menurun kualitasnya (Hasyim dan rexa, 1995). Menurut Rukmana (1997), tanaman
krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya serabut yang
keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah pada radius dan kedalaman
50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak dengan percabangan
yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau tetapi bila dibiarkan
tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau
kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Syarat-Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan
terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah untuk cucah hujan tinggi
penanaman dilakukan di dalam green house. Suhu toleran untuk tanaman krisan
adalah 17 0-300C, untuk daerah tropis seperti di Indonesia cocok menggunakan suhu
200-260C. Kelembaban yang dibutuhkan untuk tanaman krisan sangat tinggi ketika
pembentukan akar, pada stek kelembabannya 90%-95%. Kemudian tanaman muda sampai
tua kelembabannya 70%-80%, dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO2 di
udara sekitar 3000 ppm, sedangkan kadar CO2 yang ideal untuk fotosintesis
adalah 600-900 ppm. Untuk pembungaan membutuhkan lebih lama cahaya, dimana
dapat menambah cahaya menggunakan bantuan TL dan lampu pijar. Penambahan
penyinaran yang paling baik ketika tengah malam yaitu jam 22.30-01.00 dengan
lampu 150 watt untuk 9 m2, dan lampu di pasang menggantung 1,5 m dari tanah.
Periode pemasangan lampu dilakukan pada vegetativ (2-8 minggu) untuk merangsang
pembentukkan bunga (Lukito, 1998).
Media tanam dan ketinggian tempat
Untuk pertumbuhan tanaman yang optimum dibutuhkan media yang
ideal, di mana tekstur media harus liat berpasir, subur, gembur dan memiliki
drainase yang baik, serta tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman
media yang baik untuk petumbuhan tanaman adalah 5,5-6,7. Kemudian untuk
ketinggian ideal untuk pertumbuhan tanaman sekitar 700-1200 m dpl (Rukmana dan Mulyana,1997).
Budidaya Kultur Jaringan Krisan Dengan Eksplan Nodus Batang
Jenis dan varietas
tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika
Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas: a) Krisan
lokal (krisan kuno) berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi
di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain
sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali
penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan
berbunga putih di Cipanas (Cianjur). b) Krisan introduksi (krisan modern atau
krisan hibrida) hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual.
Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C.
i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih),
Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink). c)
Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas
varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi
27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A
Kegunaan tanaman krisan
yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat
tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di
Indonesia digunakan sebagai: a) Bunga pot Ditandai dengan sosok tanaman kecil,
tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah
lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac
Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan),
White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning
cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga
besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di
Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah)
dan Time (kuning). b) Bunga potong Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek
sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil,
menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan
sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga,
Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah,
Klondike dll. Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua,
Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera
Utara).
Tanaman krisan
membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan.
Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di
dalam bangunan rumah plastik. 2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih
lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan
penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan
lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari
permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8
minggu) untuk mendorong pembentukan bunga. 3) Suhu udara terbaik untukdaerah
tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara
untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C. 4) Tanaman krisan membutuhkan
kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan
90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi
udara yang memadai. 5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal
untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan
dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan
CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan
Langkah-langkah Kultur
Jaringan Pada Krisan
Pengambilan eksplan atau
sumber eksplan krisan berupa pucuk dan nodus berasal dari tanaman induk krisan
di rumah kaca perbenihan Balithi Segunung dan planlet di laboratorium kultur
jaringan Balithi Segunung. Pembuatan Media MS Media yang digunakan untuk
tanaman krisan di Balithi Segunung adalah media induksi tunas dan media
perbanyakan. Komposisi media yang digunakan untuk induksi tunas adalah½ MS +
0.5 IAA komposisi media yang digunakan untuk perbanyakan adalah½ MS + 0.1 IAA
Menyiapkan Eksplan Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan eksplan
merupakan factor penting penentu keberhasilan. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan sebagai bahan kultur adalah jenis tanaman,
bagian tanaman yang digunakan, morfologi permukaan, lingkungan tumbuhnya,
kondisi tanaman, dan musim waktu mengambilnya. Umumnya bagian tanaman yang
digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang aktif karena
mempunyai regenerasi yang tinggi. Eksplan
yang digunakan pada tanaman krisan adalah nodus karena untuk menginduks tunas
aksilar. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi Sterilisasi merupakan kegiatan untuk
menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di permukaan eksplan. Tujuan
utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik. Aksenik
berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptic
berarti bebas dari mikroorganisme.
Pemilihan Dan Penyipan
Tanaman Induk
Sebelum melakukan
kultur jaringan untuk suatu tanaman kegiatan pertama harus dilakukan adalah
memilih tanaman induk yang hendak diperbanya. Seleksi untuk mendapatkan
klon-klon yang dikehendaki. Klon yang mempunyai sifat beda, unik, stabil dan
seragam kemudian dijadikan tanaman induk tunggal dan sebagai tanaman donor
(bahan eksplan) untuk perbanyakan secara in vitro. Planlet (tanaman) hasil dari
perbanyakan in vitro kemudian diaklimatisasi di rumah kaca. Setelah tanaman
beradaptasi dengan lingkungan rumah kaca kemudian diperbanyak untuk keperluan
tanaman induk yang akan menghasilkan tanaman produksi. Penting sekali untuk lingkungan tanamn induk tersebut harus
heginis untuk mendapatkan eksplan yang berkualitas dan lebih bersih untuk
pembiakan in-vintro.
Pengerjaannya dilakukan
dalam ruang laminar agar terhindar dari kontaminan. Penanamannya dikelompokkan
berdasarkan nomor ruas. Setiap botol diisi 5 eksplan dan diulang empat kali.
Botol kultur selanjutnya diinkubasi dalam ruang pertumbuhan dengan pencahayaan
16 jam di bawah lampu fluoresen 40 watt, suhu 24-26 oC, dan kelembapan 60-80%
hingga eksplan tumbuh menjadi planlet (tanaman hasil kultur jaringan yang telah
lengkap memiliki bagian-bagian
tanaman yang meliputi akar, batang dan
daun ).
Cara Sterilisasi Untuk
Tanaman Krisan
•
Mengambil eksplan yang
telah diseleksi berdasarkan ketahanan vigor, hama penyakit, dan jumlah daun 4 -
5 helai atau 3 - 4 nodus.
•
Memotong eksplan per nodus dengan mengurangi atau memotong
sebagian helai daun.
•
Eksplan direndam dalam larutan Benlatte dan Bactomicyn (fungisida
dan bakte-ri sida) , masing-masing sebanyak 1
g/300 ml aquades sambil dikocok-jocok sela-
ma 30 menit.
•
Membilas eksplan dengan air aquadest sebanyak 4 - 5 kali.
•
Selanjutnya eksplan dibawa ke laminar.
•
Eksplan dimasukkan ke dalam larutan tween 2 tetes/100 ml aquades
sambil dikocok-kocok selama 5 menit.
•
Eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 0.5 % selama 5 menit
sambil dikocok-kocok.
•
Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 1 % selama
3 menit sambil dikocok-kocok.
•
Eksplan dibilas dengan air destilasi sebanyak 5 - 6 kali.
Penanaman Eksplan Kegiatan dan Media Tanam
Penanaman eksplan ke
dalam botol kultur disebut dengan inokulasi. Kegiatan ini dilakukan setelah
eksplan disterilisasi, diawali dengan memotong bagian permukaan eksplan.
Selanjutnya eksplan berupa nodus ditanam sebanyak dua buah dalam media ½ MS +
IAA 0.5 mg/l, sedangkan eksplan berupa pucuk tidak perlu ditanam, cukup
diletakkan saja pada media yang sama sebanyak 3 buah. Sebelum ditutup dengan
plastik wrap, plastik transparan, dan karet, botol media yang telah ditanami
terlebih dahulu dipanaskan di atas api bunsen. Selanjutnya botol diberi label
jenis tanaman dan tanggal penanaman. Eksplan yang telah dikulturkan dibawa ke
ruang inkubasi dan dibiarkan sampai tumbuh.
Multiplikasi
Cutting atau
Multipikasi bertujuan untuk memperbanyak propagul sedangkan, Sub kultur adalah
usaha untuk menggantikan media dalam kultur jaringan dengan media yang baru,
sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus dapat terpenuhi. Berikut ini
adalah uraian tentang teknik pelaksaan sub kultur pada media padat. Dari media
pertama, kultur dipindahkan ke media regerasi selama sekitar tiga minggu.
Setelah itu, apabila kita bertujuan untuk memperbanyak propagul atau
multifikasi,maka kita lakukan pemindahan media baru dan apabila tanamannya
berbatang maka kita lakukan stek/ cutting contohnya pada tanaman krisan kita
perbanyak dengan cara memotong perbuku. Atau per dua buku tergantung titik
tumbuh daun, yang akan menjadi cabang baru.
Namun biasanya cuttig krisan dilakukan stelah tanamn tumbuh sempurna dan besar. Hal ini untuk memeudahkan perbanyakan, sehingga dapat memeprbanyak
Namun biasanya cuttig krisan dilakukan stelah tanamn tumbuh sempurna dan besar. Hal ini untuk memeudahkan perbanyakan, sehingga dapat memeprbanyak
tanpa batas.
Tunas-tunas hasil
perbanyakan di laboratorium kultur jaringan diseleksi untuk memperoleh tunas
yang pertumbuhannya sehat, vigor baik, dan tidak menunjukkan gejala
penyimpangan. Tunas terpilih kemudian dikeluarkan dari botol secara hati-hati
dengan menggunakan pisau skalpel, kemudian dipotong tiap ruas/buku dari ruas 1
sampai 4. Pemotongan dilakukan di dalam petridis menggunakan pisau kultur.
Bagian tanaman yang digunakan adalah pucuk atau ruas 1, 2, 3, dan 4. dan stelah
itu dimasukan kedalam media sub kultur dengan media ½ MS + 0.5 IAA.Pembentukan
akar umumnya dimulai dengan pemindahan indol acetic acid (IAA) yang diproduksi
pucuk tanaman ke bagian batang yang luka untuk menstimulasi pembentukan akar
(Brenner et al. 1987).
Setelah pomotongan, umumnya setek tidak sensitif terhadap hormon. Pada fase ini terjadi dediferensiasi, sel-sel menjadi kompeten dan responsif terhadap hormon. Setelah itu sel-sel aktif membelah (bersifat meristematik) diikuti dengan pembentukan primordia akar, pembentukan akar hingga akar tumbuh dan berkembang (De Klerk et al. 1999). Auksin umumnya berperan penting dalam inisiasi pembentukan akar. Peran auksin akan optimal bila faktor lingkungan juga optimal.
Aklimatisasi
Setelah pomotongan, umumnya setek tidak sensitif terhadap hormon. Pada fase ini terjadi dediferensiasi, sel-sel menjadi kompeten dan responsif terhadap hormon. Setelah itu sel-sel aktif membelah (bersifat meristematik) diikuti dengan pembentukan primordia akar, pembentukan akar hingga akar tumbuh dan berkembang (De Klerk et al. 1999). Auksin umumnya berperan penting dalam inisiasi pembentukan akar. Peran auksin akan optimal bila faktor lingkungan juga optimal.
Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan
kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan
planlet dari lingkungan yang terkontrol ke kondisi lingkungan tak terkendali,
baik suhu, cahaya, dan kelembaban. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan
tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan
dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi
tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Perubahan kondisi lingkungan yang drastis, dari lingkungan
terkontrol ke tidak terkontrol, dari suhu relatif stabil ke suhu lingkungan
yang fluktuatif, dari kelembapan tinggi ke rendah dan fluktuatif, dan dari
cahaya rendah ke cahaya tinggi pada umumnya menyebabkan tanaman mudah mengalami
cekaman atau stres, kehilangan air, layu, dan mati Oleh karena itu, proses
aklimatisasi perlu dilakukan secara bertahap, seperti yang diterapkan Winarto
(2002) pada anyelir. Aklimatisasi akan membantu tanaman beradaptasi terhadap
perubahan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
Metode aklimatisasi dibagi menjadi 2, yaitu metode langsung (direct) dan metode
Metode aklimatisasi dibagi menjadi 2, yaitu metode langsung (direct) dan metode
tidak langsung
(indirect).
Metode langsung:
1.
Menyiapkan planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan
mengeluarkan planlet secara hati-hati dari dalam botol.
2.
Membersihkan akar tanaman dari agar-agar yang masih melekat dengan
air.
3.
Merendam akar tanaman dalam larutan fungisida dan bakterisida
selama 5 menit.
4.
Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
5.
Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
6.
Setelah 1 -2 minggu plastik dibuka dan tanaman dibiarkan tumbuh
dan berkembang dalam bak aklimatisasi hingga minggu ketiga sampai keempat.
7.
Selanjutnya tanaman dipindahkan ke dalam polibag-polibag kecil
sampai siap untuk di tanam di lapang.
Metode tidak langsung:
1.
Menyiapkan planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan
mengeluarkan planlet secara hati-hati dari dalam botol
2.
Memotong tanaman tepat pada bagian bawah nodus ketiga kemudian
merendamnya dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.
3.
Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
4. Tutup bak dengan plastik
transparan selam 1 - 2 minggu.
Aklimatisasi Planlet di
Rumah Kaca Aklimatisasi merupakan tahap penting dalam proses kultur jaringan.
Tahap ini sering kali menjadi titik kritis dalam aplikasi teknik kultur
jaringan. Aklimatisasi diperlukan karena tanaman hasil kultur jaringan umumnya
memiliki lapisan lilin tipis dan belum berkembang dengan baik, sel-sel dalam
palisade belum berkembang maksimal, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang
berkembang, dan stomata sering kali tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup
pada saat penguapan tinggi.
Kultur
jaringan Krisan Dengan Eksplan Mata Tunas
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk merangsang
jaringan-jaringan biji (generatif), serta jaringan-jaringan batang, daun,
tunas, dan akar (vegetatif) dengan menempatkan jaringan-jaringan tersebut dalam
media semai khusus yang berupa padatan atau cairan yang sudah disterilkan
sehingga terbebas dari mikroorganisme. Kultur jaringan lebih efektif digunakan
untuk pembibitan vegetatif.
Adapun tahapan-tahapan untuk mendapatkan bibit bunga krisan dengan
menggunakan kultur jaringan, antara lain:
a)
Menyeleksi induk krisan
Pertama menyeleksi induk krisan agar mendapatkan induk yang
berkualitas, sehingga bibit yang dihasilkan berkualitas pula. Ciri induk krisan yang
berkualitas adalah pertumbuhan bunganya cepat, memiliki produktivitas bunga
yang cukup tinggi, tidak terserang hama dan penyakit (dalam kondisi sehat),
serta memiliki banyak mata tunas.
b) Pengambilan mata tunas
Proses selanjutnya potong mata tunas dengan suet yang steril,
kemudian mata tunas tersebut direndam selama 10 menit dalam Sublimat 0,04 %
HgCL. Jika telah selesai, bilas mata tunas tersebut dengan air suling yang
steril.
c)
Eksplan (penempatan mata tunas) pada medium padat
Sebelum mata tunas ditempatkan pada medium, perlu adanya persiapan untuk membuat medium tersebut. Medium yang diperlukan adalah medium MS padat yang dicampurkan dengan 150 ml air kelapa per liter, 1,5 mg kinetin per liter, dan 0,5 mg NAA per liter di dalam sebuah wadah yang steril, biasanya wadah yang digunakan adalah botol. Setelah medium dibuat, kemudian masukan mata tunas tadi ke dalam medium tersebut (botol). Mata tunas mulai berakar setelah 26 hari ditempatkan di medium dan mulai tumbuh tunas setelah 3 hari tumbuh akar.
Sebelum mata tunas ditempatkan pada medium, perlu adanya persiapan untuk membuat medium tersebut. Medium yang diperlukan adalah medium MS padat yang dicampurkan dengan 150 ml air kelapa per liter, 1,5 mg kinetin per liter, dan 0,5 mg NAA per liter di dalam sebuah wadah yang steril, biasanya wadah yang digunakan adalah botol. Setelah medium dibuat, kemudian masukan mata tunas tadi ke dalam medium tersebut (botol). Mata tunas mulai berakar setelah 26 hari ditempatkan di medium dan mulai tumbuh tunas setelah 3 hari tumbuh akar.
d) Penyemaian bibit
Proses selanjutnya bibit dipindahkan di medium penyemaian yang
berupa pasir yang sudah steril (setelah mata tunas sudah berakar dan bertunas
di dalam medium), dengan kedalaman tanam disesuaikan dengan ukuran bibit.
Setelah ditanam, kemudian ditutup dengan plastik bening agar mendapatkan cahaya
lampu dan tempatkan di tempat yang terbebas dari mikroorganisme (aseptik). Buka
penutup plastik bening pada sore dan malam hari sekitar 1-2 hari sebelum bibit
dipindahkan ke kebun.
e)
Penanaman bibit di kebun
Bibit krisan dapat dipindahkan di kebun ketika sudah tumbuh dengan
ketinggian kurang Iebih 9 cm dan memiliki daun beberapa helai.
DAFTAR
PUSTAKA
yah bagus pertingkatkan....hehehe
BalasHapusMysuru Casino - The HERZAMMAN
BalasHapusMysuru Casino - The Home of the Best of the Slots! Visit us to poormansguidetocasinogambling Play the ford fusion titanium best slots and enjoy the best wooricasinos.info table games in our casino. jancasino.com Visit herzamanindir us